Senin, 23 Mei 2016

Safari Dakwah Backpacker Malaysia: Dari Aceh, Medan, Lampung Hingga Depok



“Kami menjalin silaturahim dan punya banyak teman dan relasi. Orang Indonesia sangat baik menyambut tamu. Dalam hal pelayanan, kami dijamu, dengan memberikan tempat bermalam dan santapan yang lezat. Mereka rela membantu. Ketika kami ingin membayar tempat bermalam dan makan, mereka menolaknya.”
 

Sejak tanggal 11 Mei 2016, rombongan backpacker negeri jiran yang merupakan gabungan dari NGO Malaysia, yakni MAPIM (Majelis Perundingan Pertubuhan Islam Malaysia) dan Pertubuhan Dakwah Backpacker Malaysia, bertolak dari Kuala Lumpur menuju Aceh, kemudian melanjutkan perjalanan ke Medan, Lampung hingga Depok dengan menggunakan jalur darat. Dari Depok lanjut ke Bogor dan berakhir di Bandung untuk kembali ke Kuala Lumpur, Malaysia. 

Direncanakan, pengembaraan itu berakhir hingga tanggal 26 Mei 2016. Dari Depok dilanjutkan menuju Mega Mendung, Bogor, dan berakhir di Kota Bandung. Rombongan terdiri dari tujuh orang, yakni: Muhammad Nur Akmal Shamsudin, Aisyah Binti Abdul Halim, Tahreer Al Ghamri, Muhammad Nur Hidayat, Azfarizal Azfariey, dan Muhammad Syahmi Fitri.

Dijelaskan Ketua Pertubuhan Dakwah Backpacker Malaysia, Azfarizal Azfariey, selain ingin mengenal lebih jauh suku, bangsa dan agama, kami juga ingin napak tilas tempat terjadinya tragedi Tsunami beberapa tahun yang lalu. Tak terkecuali mengunjungi kamp pengungsi Rohingya.

Backpackers dan NGO Malaysia ini juga ingin mengetahui perihal pondok pesantren yang ada Indonesia dan sistem pendidikannya. Di Lhoksemawe Aceh misalnya, mereka mengunjungi pesantren Ma’had Raudhah Tafizh Quran. Juga rumah anak yatim dan janda korban Tsunami yang dibiayai oleh PKPU dan bantuan dari IHH, sebuah NGO ternama asal Turki.

Dari Aceh lalu bertolak ke Medan. Disana rombongan berjumpa dengan perwakilan dari Al Aqsha Working Group (AWG), sebuah NGO Indonesia yang selama ini peduli dan memberikan bantuan kemanusiaan untuk rakyat Palestina. “Alhamdulillah, kami dilayani dengan baik.”

Dari Medan, mereka bergerak menuju Lampung melalui jalur darat dengan menggunakan bus angkutan umum. Selama dua hari dua malam perjalanan mereka dari Medan hingga tiba di Lampung. Di Lampung mengunjungi Pondok pesanten di Kampung Muhajirun Natar. Pesantren tersebut merupakan pesantren tahfiz Al Qur’an, mulai dari SD-SMP, hingga SMA.

“Ponpes ini menerapkan syariah Islam dengan baik. Setiap wanitanya berjilbab, dan mereka, mulai dari anak-anak hingga yang tua senantiasa memberi salam kepada siapa saja yang ditemui,meski tak dikenal.”

Masih di Lampung, rombongan berkesempatan menemui Ketua MUI Lampung Selatan dan Pesantren Ushuluddin. Dari lampung Selatan mereka melanjutkan perjalanan menuju Jakarta dengan menggunakan bus. Tiba di Terminal Kampung Rambutan pukul 05.00 pagi. Dari Kampung Rambutan, mereka menuju Kota Depok

“Kesan selama perjalanan, Alhamdulillah tidak ada kesulitan, orang Indonesia sangat mesra, setiap kami turun bis pasti ditanya mau kemana. Kalau pun ada, biasanya kami dikerjai soal harga, atau diturunkan lalu ditukar dengan bis lain yang sesak penumpangnya,” kata Azfar.

Kerjasama NGO Indonesia

Ketua rombongan Muhammad Nur Akmal Shamsudin menyebut, perjalanan ini sebagai Kembara Dakwah Backpacker atau semacam Safari Dakwah. Kembara ini merupakan misi yang kedua, sebelumnya mereka telah menjelajah ke beberapa negara ASEAN, seperti Thailand, Laos, Kamboja dan Vietnam, juga menggunakan jalur darat dari Malaysia.

“Kembara Dakwah Backpacker ini merupakan kegiatan tahunan. Selama tiga minggu, kami  jelajah ke negara-negara ASEAN di bulan Ramadhan, dan merayakan Idul Fitri di perantauan. Sedangkan Indonesia adalah kembara kami yang kedua. Direncanakan, tahun depan kami akan kembara ke pedalaman Sabah, Brunei dan Kalimantan, Insya Allah,” jelas Akmal.  

Dikatakan Akmal yang ditemani istrinya (asal Gaza-Palestina) itu menjelaskan, perjalanan ini bukan semata melihat pemandangan alam Indonesia yang cantik, tapi juga dalam rangka dakwah, misi kemanusiaan, sekaligus silaturahim dengan beberapa NGO dan lembaga pendidikan di Indonesia. 

“Dengan silaturahim kami akan melakukan kongsi (kerjasama) dengan sejumlah NGO yang ada di Indonesia untuk misi dakwah dan kemanusiaan di masa yang akan datang,”ujar Akmal.

Selama di Aceh, backpacker ini ingin mengetahui lebih dekat tempat terjadinya Tsunami dan tempat kamp pengungsi Rohingya di Kuala Langsa dan Lhoksemawe.  “Kami ziarahi tempat kejadian Tsunami saudara muslim tertindas di Kamp Pengungsi Kuala Langsa dan Lhoksemawe terkait pengungsi Rohingya. Sebelumnya, NGO Indonesia juga sempat mengunjungi pengungsi Rohingya di Malaysia dan Thailand dalam misi yang dinamakan Road For Peace,” tukas Akmal.

Lebih lanjut Akmal mengatakan, dalam kunjungannya ke kamp pengungsi Rohingya, MAPIM sebagai NGO kemanusiaan ingin mengetahui apa kebutuhan yang diperlukan oleh pengungsi Rohingya. Diharapkan MAPIM akan “berkongsi” atau bekerjasama dengan NGO-NGO Indonesia yang giat di bidang kemanusiaan, khususnya dalam membantu pengungsi Rohingya.
 

“MAPIM dan Pertubuhan Dakwah Backpaker Malaysia telah konsen dan berpengalaman dalam mengurusi pengungsi Rohingya yang ada di Malaysia sejak tahun 2012. 

Kesan di Perjalanan

Hal yang membuat kagum backpacker Malaysia ini adalah ketika tas ransel mereka tertinggal di Lampung Selatan. Ketika itu kami hendak bertolak ke Merak untuk menyebran di Pelabuhan Bekahuni.

“Perjalanan kami menelan waktu 2 jam dari Lampung Selatan menuju pelabuhan. Kemudian, relawan AWG segera mengantarkan tas ransel yang tertinggal untuk menemui kami. Kebetulan ada salah seorang ustad yang mau pergi ke Jakarta. Akhirnya tas kami kembali.

Selama berada di Indonesia, mulai dari Aceh, Medan, Lampung hingga Depok, backpackers Malaysia bertemu dengan pengasuh Pondok Pesantren, sejumlah NGO dan ormas Islam seperti PKPU, Dompet Dhuafa, Front Pembela Islam, KNRP-Depok, dan rekan lama yang pernah bekerjasama saat event Road For Peace (misi kemanusiaan ke Malaysia, Thailand, dan Perbatasan Myanmar).

Hingga saat ini rombongan tak menemui kesulitan dalam perjalanan. Segalanya berjalan lancar, Alhamdulillah. Sejak berada di Aceh pada 11 Mei lalu, kemudian di Depok, perjalanan mereka sudah memasuki hari ke sembilan (19 Mei). Kami bekerjasama dengan jurnalis asal Indonesia, khususnya Islampos dan Depokpos,
Azfar menjelaskan, banyak pelajaran dari kunjungannya ke Indonesia. 

“Kami menjalin silaturahim dan punya banyak teman dan relasi. Orang Indonesia sangat baik menyambut tamu. Dalam hal pelayanan, kami dijamu, dengan memberikan tempat bermalam dan santapan yang lezat. Mereka rela membantu. Ketika kami ingin membayar tempat bermalam dan makan, mereka menolaknya.” (Desastian)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar