Penghafal Al
Qur’an tidak harus cerdas. Di Yaman, ada seorang nenek berusia 80 tahun juara
menghafal Al Qur’an 30 juz. Usia tak menjadi penghalang untuk belajar Islam dan
menghafal Al Qu’ran. Yang tua, muda, anak kecil, hingga orang buta pun bisa,
asal ada kesungguhan.
Sebenarnya
tidak ada kewajiban umat Islam untuk menghafal Al Qur’an. Yang menjadi
kewajiban umat Islam adalah mengamalkan isi dan kandungan Al Qur’an. Namun, ada
banyak keuntungan dan keutamaan dari mengahafal Al Qur’an, diantaranya adalah
mendapat kemuliaan disisi Allah dan ditinggikan derajatnya di dalam Surga.
“Tidak
ada penjelasan ayat Al Qur’an maupun hadits yang mewajibkan umat ini untuk menghafal
Al Qur’an. Yang menjadi keharusaan, adalah menghayati, mentadabburi, dan
mengamalkannya. Di hari Kiamat nanti, Allah tidak bertanya, kenapa kamu tidak
menghafal Al Qur’an, tapi ditanya kenapa kamu tidak mengamalkan Al Qur’an.
Itulah sebabnya, Al Qur’an diturunkan untuk menjadi petunjuk, dipelajari, dihayati,
dan diamalkan,” ungkap Syekh Ali Jaber.
Untuk
mentadabburi Al Qur’an diperlukan akal sehat dan memiliki kemampuan untuk
berpikir, sehingga menerima pelajaran ayat demi ayat dengan mudah tanpa
disalahpahami.
“Al
Qur’an membawa berkah untuk ditadabburi. Kata ulama, siapa yang ingin mendengar
Allah berbicara, bacalah Al Qur’an, dan barangsiapa ingin bicara kepada Allah,
lakukanlah shalat,” tandas Syekh Ali.
Telah
disebutkan dalam hadits shahih, ketika penghafal Al Qur’an masuk surga, maka bacalah
dengan tartil. Semakin banyak bacaan dan hafalannya, maka semakin tinggi kedudukannya.
Jumlah tingkatan dalam surga itu sesuai ayat Al Qur’an yang dibaca.
“Tidak
ada yang lebih tinggi di dalam surga selain ahli Al Qur’an. Dalam hadits juga
disebutkan, para penghafal bisa membagi syafaat kepada keluarganya. Inilah yang
mendorong ulama, pemuda dan umat Islam untuk
menghafalkan Al Qur’an.”
Allah
berfirman, “Kami telah memudahkan Al Qur’an untuk dipelajari.” Buktinya, tak
ada umat lain yang mampu menghafal kitab sucinya, selain umat Islam. Inilah
salah satu mukjizat Al Qur’an yang mudah dihafal, meski tidak dimengerti isi
dan bahasanya.
Fenomena
Hafizh Al Qur’an
Jaminan
kemudahan mempelajari Al Qur’an, membuat umat Islam terdorong untuk menghafal Al
Qur’an 30 juz. Fenomena menghafal Al
Qur’an inilah yang menjadi salahsatu kebanggaan umat Islam. Bukan hanya
segelintir umat yang mampu menghafal
kitab sucinya sendiri, melaikan jutaan orang yang mampu menghafalnya. Inilah
kemuliaan Al Qur’an yang diberi kemudahan untuk menghafal, kemampuan yang tak
dimiliki umat lain.
Syekh
Ali melihat program penghafal Al Qur’an di Indonesia, sebenarnya sudah lama ,
tapi tidak dieskpos oleh media. Dari metode pengajarannya pun berbeda-beda.
Tapi yang jelas, umat Islam Indonesia termasuk bangsa yang memperhatikan Al Qur’an.
Bahkan, orang awam yang buta huruf, belum bisa sama sekali membaca Al Qur’an
pun, berminat untuk menghafal Al Qur’an, termasuk orang buta, siapapun dari
berbagai latar belakang profesinya.
“Mulai
dari pedagang bakso, sopir taksi, tua, muda, hingga anak-anak sekalipun. Ini
merupakan salah satu bentuk kebangkitan umat Islam di Indonesia. Mereka menghafal Al Qur’an, sebatas
kemampuannya.”
Syekh
Ali sangat bersyukur dan mengapresiasi Gerakan Menghafal Al Qur’an “Satu hari
satu ayat” yang diusung Ustadz Yusuf Mansur. Kegiatan wisuda hafiz setiap
tahunnya, meski belum sepenuhnya hafal 30 juz, telah memotivasi masyarakat awam
untuk mencintai Al Qur’an. Inilah cara Allah untuk menjaga Al Qur’an.
“Jika
Allah tidak menjaga, boleh jadi Al Qur’an akan musnah, tidak ada lagi ditengah
kita, entah dibakar atau disebabkan hilang dicuri. Secara fisik, Al Qur’an bukan tidak mungkin
dibumihanguskan, tapi Al Qur’an tetap ada didalam dada para penghafal Al
Qur’an. Itulah salah satu keutamaan menghafal Al Qur’an,” tukas Syekh Ali.
Betapa
ulama menghargai dan memuliakan para penghafal Al Qur’an. Meski bukan kewajiban
dan keharusan menghafal Al Qur’an, namun manfaatnya demikian besar. Untuk memimpin
shalat berjamaah atau shalat tarawih, misalnya, tentu harus imam yang menghafal
Qur’an. Jika tak ada penghafal Al Qur’an sama sekali bisa dibayangkan, siapa
yang memimpin shalat berjamaah.
Ketika
ditanya, apakah untuk menghafal Al Qur’an hingga 30 juz harus orang yang memiliki
kecerdasan? Dikatakan Syekh Ali, tidak ada jaminan hanya orang tertentu yang
bisa menghafal Al Qur’an. Seseorang memiliki kemampuan menghafal Al Qur’an
disebabkan karena taufik dari Allah SWT. Penghafal Al Qur’an pun tidak harus
cerdas. Terpenting adalah ada upaya dan kerja keras.
“Dibutuhkan
waktu, tenaga dan pikiran, dari pagi hingga malam, untuk mengulang berkali-kali
bacaannya, atau mendengar berkali-kali murottal dari CD. Selama minatnya besar
dan sungguh-sungguh, yakinlah Allah akan memudahkannya. Termasuk yang sudah
berusia lanjut sekalipun.”
Syekh
mengatakan, belum lama ini ada seorang nenek berusia 80 tahun di Yaman, yang meraih juara hafal Al Qur’an 30
juz. Ini membuktikan, untuk belajar Islam dan menghafal Al Qu’ran tidak terhalang
usia. Yang tua, muda, anak kecil, hingga orang buta pun bisa, asal ada
kesungguhan.
“Memang
belajar dan menghafal Al Quran sejak kecil, jauh lebih mudah ketimbang dimasa tua. Namun harus diketahui, ulama
terdahulu, bahkan sahabat Nabi saw, justru mempelajari ilmu diatas 40 tahun.
Islamnya para sahabat masuk Islam, rata-rata di atas 40 tahun. Jadi usia tidak
ada halangan untuk menghafal Al Qur’an, ” ungkap Syekh Ali memotivasi. (Desastian)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar