Kamis, 17 Maret 2016

Gerakan Hafizh Al Qur’an Patut Disyukuri



 Penghafal Al Qur’an tidak harus cerdas. Di Yaman, ada seorang nenek berusia 80 tahun juara menghafal Al Qur’an 30 juz. Usia tak menjadi penghalang untuk belajar Islam dan menghafal Al Qu’ran. Yang tua, muda, anak kecil, hingga orang buta pun bisa, asal ada kesungguhan.

Sebenarnya tidak ada kewajiban umat Islam untuk menghafal Al Qur’an. Yang menjadi kewajiban umat Islam adalah mengamalkan isi dan kandungan Al Qur’an. Namun, ada banyak keuntungan dan keutamaan dari mengahafal Al Qur’an, diantaranya adalah mendapat kemuliaan disisi Allah dan ditinggikan derajatnya di dalam Surga.

“Tidak ada penjelasan ayat Al Qur’an maupun hadits yang mewajibkan umat ini untuk menghafal Al Qur’an. Yang menjadi keharusaan, adalah menghayati, mentadabburi, dan mengamalkannya. Di hari Kiamat nanti, Allah tidak bertanya, kenapa kamu tidak menghafal Al Qur’an, tapi ditanya kenapa kamu tidak mengamalkan Al Qur’an. Itulah sebabnya, Al Qur’an diturunkan untuk menjadi petunjuk, dipelajari, dihayati, dan diamalkan,” ungkap Syekh Ali Jaber.

Untuk mentadabburi Al Qur’an diperlukan akal sehat dan memiliki kemampuan untuk berpikir, sehingga menerima pelajaran ayat demi ayat dengan mudah tanpa disalahpahami.

“Al Qur’an membawa berkah untuk ditadabburi. Kata ulama, siapa yang ingin mendengar Allah berbicara, bacalah Al Qur’an, dan barangsiapa ingin bicara kepada Allah, lakukanlah shalat,” tandas Syekh Ali.

Telah disebutkan dalam hadits shahih, ketika penghafal Al Qur’an masuk surga, maka bacalah dengan tartil. Semakin banyak bacaan dan hafalannya, maka semakin tinggi kedudukannya. Jumlah tingkatan dalam surga itu sesuai ayat Al Qur’an yang dibaca.

“Tidak ada yang lebih tinggi di dalam surga selain ahli Al Qur’an. Dalam hadits juga disebutkan, para penghafal bisa membagi syafaat kepada keluarganya. Inilah yang mendorong ulama, pemuda  dan umat Islam untuk menghafalkan Al Qur’an.”

Allah berfirman, “Kami telah memudahkan Al Qur’an untuk dipelajari.” Buktinya, tak ada umat lain yang mampu menghafal kitab sucinya, selain umat Islam. Inilah salah satu mukjizat Al Qur’an yang mudah dihafal, meski tidak dimengerti isi dan bahasanya.

Fenomena Hafizh Al Qur’an
Jaminan kemudahan mempelajari Al Qur’an, membuat umat Islam terdorong untuk menghafal Al Qur’an 30 juz.  Fenomena menghafal Al Qur’an inilah yang menjadi salahsatu kebanggaan umat Islam. Bukan hanya segelintir umat yang  mampu menghafal kitab sucinya sendiri, melaikan jutaan orang yang mampu menghafalnya. Inilah kemuliaan Al Qur’an yang diberi kemudahan untuk menghafal, kemampuan yang tak dimiliki umat lain.

 Syekh Ali melihat program penghafal Al Qur’an di Indonesia, sebenarnya sudah lama , tapi tidak dieskpos oleh media. Dari metode pengajarannya pun berbeda-beda. Tapi yang jelas, umat Islam Indonesia termasuk bangsa yang memperhatikan Al Qur’an. Bahkan, orang awam yang buta huruf, belum bisa sama sekali membaca Al Qur’an pun, berminat untuk menghafal Al Qur’an, termasuk orang buta, siapapun dari berbagai latar belakang profesinya.

“Mulai dari pedagang bakso, sopir taksi, tua, muda, hingga anak-anak sekalipun. Ini merupakan salah satu bentuk kebangkitan umat Islam di Indonesia.  Mereka menghafal Al Qur’an, sebatas kemampuannya.”

Syekh Ali sangat bersyukur dan mengapresiasi Gerakan Menghafal Al Qur’an “Satu hari satu ayat” yang diusung Ustadz Yusuf Mansur. Kegiatan wisuda hafiz setiap tahunnya, meski belum sepenuhnya hafal 30 juz, telah memotivasi masyarakat awam untuk mencintai Al Qur’an. Inilah cara Allah untuk menjaga Al Qur’an.

“Jika Allah tidak menjaga, boleh jadi Al Qur’an akan musnah, tidak ada lagi ditengah kita, entah dibakar atau disebabkan hilang dicuri.  Secara fisik, Al Qur’an bukan tidak mungkin dibumihanguskan, tapi Al Qur’an tetap ada didalam dada para penghafal Al Qur’an. Itulah salah satu keutamaan menghafal Al Qur’an,” tukas Syekh Ali.

Betapa ulama menghargai dan memuliakan para penghafal Al Qur’an. Meski bukan kewajiban dan keharusan menghafal Al Qur’an, namun manfaatnya demikian besar. Untuk memimpin shalat berjamaah atau shalat tarawih, misalnya, tentu harus imam yang menghafal Qur’an. Jika tak ada penghafal Al Qur’an sama sekali bisa dibayangkan, siapa yang memimpin shalat berjamaah.

Ketika ditanya, apakah untuk menghafal Al Qur’an hingga 30 juz harus orang yang memiliki kecerdasan? Dikatakan Syekh Ali, tidak ada jaminan hanya orang tertentu yang bisa menghafal Al Qur’an. Seseorang memiliki kemampuan menghafal Al Qur’an disebabkan karena taufik dari Allah SWT. Penghafal Al Qur’an pun tidak harus cerdas. Terpenting adalah ada upaya dan kerja keras.

“Dibutuhkan waktu, tenaga dan pikiran, dari pagi hingga malam, untuk mengulang berkali-kali bacaannya, atau mendengar berkali-kali murottal dari CD. Selama minatnya besar dan sungguh-sungguh, yakinlah Allah akan memudahkannya. Termasuk yang sudah berusia lanjut sekalipun.”

Syekh mengatakan, belum lama ini ada seorang nenek berusia 80 tahun di  Yaman, yang meraih juara hafal Al Qur’an 30 juz. Ini membuktikan, untuk belajar Islam dan menghafal Al Qu’ran tidak terhalang usia. Yang tua, muda, anak kecil, hingga orang buta pun bisa, asal ada kesungguhan.

“Memang belajar dan menghafal Al Quran sejak kecil, jauh lebih mudah ketimbang  dimasa tua. Namun harus diketahui, ulama terdahulu, bahkan sahabat Nabi saw, justru mempelajari ilmu diatas 40 tahun. Islamnya para sahabat masuk Islam, rata-rata di atas 40 tahun. Jadi usia tidak ada halangan untuk menghafal Al Qur’an, ” ungkap Syekh Ali memotivasi. (Desastian)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar