Kamis, 10 Maret 2016

Perebutan Kekuasaan, Salah Satu Kemunduran Astronomi Islam



Awalnya, bangsa India dan Yunani mengembangkan ilmu astronomi dengan segala kesungguhannya. Terbukti, mereka meraih puncak perkembangan ilmu astronomi pada masa itu. Ketika kesadaran ilmiah bangsa India dan Yunani mengalami kemunduran karena berbagai faktor, perkembang ilmu astronomi mulai berpindah tangan ke bangsa lain.

Ilmu astronomi bergulir dari tangan bangsa Yunani ke bangsa Arab. Kemudian bangsa Arab mengambil alih ilmu astronomi yang sempat tersendat-sendat pada masa-masa keruntuhan bangsa Yunani. Dengan latar belakang agama Islam yang memicu kesadaran ilmiah, bangsa Arab berhasil dari kubangan kebodohan  menuju cahaya peradaban yang lebih maju.

Berbagai teori baru dan penemuan alat astronomi ditemukan pada masa kejayaan Islam. Peradaban Islam yang berjalan selama kurang lebih 14 abad ini berhasil menelurkan ratusan ahli astronomi, hingga tersebar ke seluruh dunia, dari bangsa Cina di Timur hingga bangsa Eropa di Barat.

Pada masa kekhilafahan Islam, ilmu astronomi berkembang menjadi fundamental bagi perkembangan ilmu astronomi masa kini.  Keberhasilan ilmu astronomi sekarang ini tidak mungkin terjadi tanpa hadirnya astronom Islam.
Setelah sekian lama berjaya, akhirnya kekhilafan Islam harus turundari puncak peradabannya sendiri. Kemudian kekhilafan Islam menjadi redup. Keruntuhan peradaban Islam turut memberikan dampak negative pada perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu astronomi.

Berbagai literatur menjadi tumpukan kenangan, bahkan telah banyak hilang. Alat-alat astronomi yang ada pun tergilas zaman. Hanya sedikit sekali literature dan alat-alat astronomi pada masa kejayaan Islam yang tersimpan. Itu pun tersimpan di berbagai museum dan perpustakaan tertentu yang sulit dijangkau. 

Sebab Kemunduran
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kemunduran astronomi Islam, selain faktor internal, juga dikarenakan faktor eksternal. Faktor internal itu diantaranya, semakin jauhnya umat Islam dari nilai-nilai kesadaran ilmiah yang ada dalam Al Qur’an. Pada masa kemunduran keilmuan Islam, umat Islam lebih tertarik dengan hal-hal yang berbau mistik seperti astrologi, jimat, primbon dan hal-hal bid’ah lainnya.

Menurut penulis buku Islam dan Astronomi, Anton Ramadhan, berkembangnya paham sufisme ekstrim menjadi salah satu penyebab umat islam hanya terfokus pada rutinitas ibadah saja.

Faktor lainnya, juga disebabkan, karena umat Islam dan pemimpinnya yang sibuk dengan hal-hal yang tidak bermanfaat. Itu pernah terjadi pada masa khilafah Islam yang bernama Mustasim, seperti diutarakan sejarawan Baron de Ohsson:

“(Muhtassim) kekurangan semangat dan energi serta menyerahkan semua wewenang kepada menterinya. Sementara ia menghabiskan waktunya hanya untuk hal-hal yang tidak karuan dan sia-sia, gila terhadap musik, penyanyi, komedi (badut lawak), dan hiburan sia-sia lainnya.”

Kemunduran astronomi Islam juga disebabkan terjadinya perebutan kekuasaan dan perang saudara di kalangan umat Islam. tak terkecuali kekhalifahan Islam yang memiliki hasrat dan ambisi pada kekuasaan. Krisis politik kemudian berimbas pada krisis sosial dan ekonomi. 

Kondisi negara menjadi tidak menentu hingga berdampak terhadap perkembangan astronomi. Ilmu astromi sulit berkembang karena semua sibuk menyelamatkan diri dari krisis politik, sosial dan ekonomi.Pemerintah Islam kala itu sulit membiayai dan memberikan fasilitas yang memadai demi kemajuan perkambangan astronomi Islam. 

Penyebab kemunduran lainnya juga disebabkan pemimpin Islam yang tidak peduli terhadap ilmu pengetahuan, khususnya ilmu astronomi. Diantara pemimpin Islam ada yang memahami Al Qur’an secara tidak menyeluruh. Mereka hanya memahami dan mengamalkan Al Qur’an sebatas ritual. Sehingga banyak aspek kehidupan dalam Al Qur’an yang tidak diterapkan dalam kehidupan nyata. Kesadaran ilmiah dan ilmu pengetahuan yang luntur dan redup menambah mundurnya ilmu astronomi.

Faktor Eksternal
Jatuhnya peradaban Islam yang disebabkan faktor eksternal itu meliputi serangan musuh-musuh Islam, baik dalam perang fisik maupun perang pemikiran. Kota Baghdad yang dahulu dikenal sebagai pusat peradaban Islam dan menjadi perhatian bangsa lain, pun runtuh dan dijatuhkan oleh bangsa Mongolia, dibawah pimpinan Hulagu Khan. 

Seorang sejarawan terkenal bernama Sir Thomas Arnold mengatakan: “…kekhalifahan terakhir dari Bani Abbasiyah, Mustassim, dipaksa menyerah dan dieksekusi mati bersama sebagian besar anggota keluarga kerajaan. Sekitar 800.000 penduduk dibawa keluar dari kota Baghdad menuju tempat pembunuhan missal dan sebagian besar isi kota itu hangus terbakar.”

Bangsa Mongol dibawah komando Hulagu, membakar semua literature dan buku-buku yang ada di perpustakaan beserta alat hasil temuan para ilmuwan muslim. Tindakan barbar itu merugikan bagi perkembangan ilmu pengetahuan, termasuk astronomi di masa selanjutnya.  Salahsatu dampak yang dirasakan adalah sulitnya mencari referensi untuk melakukan penelitian-penelitian lanjutan. (Desastian)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar