Kamis, 17 Maret 2016

Langkah Mudah Jadikan Anak Cinta Al-Quran



Orangtua yang rutin membaca Al-Quran dimanapun sang buah hati berada, akan membuat juga merasa dekat dengan Al-Quran.

Rafi dan Ridho berteman akrab. Selain rumah mereka yang meman sekadar berdekatan, kedua anak lelaki kelas dua SD ini juga mengaji dengan waktu yang berbarengan. Untuk membuat Ridho dan Rafi mau berangkat mengaji, bukan perkara mudah. Teriakan ibu dari dua orang anak ini seringkali terdengar, mengingatkan keduanya untuk berangkat mengaji. Namun, ada saja siasat yang digunakan keduanya untuk urung datang ke masjid atau sekadar mengulur waktu keberangkatan.

Kadang keduanya sudah berpakaian rapi dan menggendong tas di pundak tetapi mereka malah bermain bola di jalan. Kadang mereka berjalan bersama tetapi berhenti di warung untuk jajan dan mengobrol. Yang paling mencengangkan adalah kekompakan mereka membohongi kedua orangtuanya. 

Salah satu diantara mereka biasanya akan berkata bahwa hari itu mengaji libur dan meminta anak yang lain untuk membenarkan apa yang dikatakannya. Sebelum kebohongan itu mereka sampaikan pada orangtuanya, mereka telah lebih dulu berkoordinasi dengan teman-temannya yang lain dan membangun sindikat kebohongan untuk bisa bolos mengaji hari itu.     

Kasus Ridho dan Rafi adalah satu dari banyak kasus sulitnya membuat anak mau belajar dan mencintai Al-Quran.  Membuat anak mau mempelajari Al-quran di jaman gadget seperti sekarang ini justru adalah masalah yang lebih sering membuat naik darah. 

Anak-anak saat ini tentu lebih mudah berkonsentrasi di depan gadget dan televisi dibandingkan berkonsentrasi mempelajari Alquran. Akan tetapi, fenomena Musa dan Alvin Firmansyah yang berhasil menjadi penghapal Quran di usianya yang masih anak-anak, menjadi penguat harapan bahwa anak-anak kita pun bisa mencintai bahkan menjadi penghapal Al-Quran. 

 Kisah Alvin
Salah satu cerita menarik pernah disampaikan oleh Ayahanda Alvin Firmansyah tentang bagaimana membuat Alvin mencintai Al-Quran. Ustadz Firman, begitu beliau akrab disapa, rutin membaca Al-Quran sebelum waktu Subuh menjelang. Tilawah Al-Quran yang beliau lantunkan, ternyata diam-diam serigkai membuat Alvin kecil terbangun dari tidurnya. Kebiasaan Alvin ini akhirnya diketahui oleh ayahnya. Melihat ketertarikan Alvin yang besar pada Al-Quran, ayahnya pun tak menyia-nyiakan kesempatan emas ini.  

Alvin kecil dibimbing untuk mengenal huruf hijaiyah dan menghapal surat-surat pendek dalam Al-Quran hingga akhirnya kini, Alvin benar-benar menjadikan Al-Quran sebagai aktivitas utama dalam kesehariannya. Alvin memang masih bermain layaknya anak-anak seusianya dan bersekolah di SD dekat rumahnya akan tetapi, Alvin memiliki jadwal rutin membaca dan menghapal Al-Quran. 

Tak hanya hapal, Alvin bahkan mengetahui kandungan ayat yang dibacanya. Sehingga, bila ia diminta menunjukkan ayat mana yang mengandung perintah tertentu, maka Alvin akan mudah menunjukkan ayat yang diminta. Juri cilik hafidz Quran di salah satu TV Swasta ini pun sangat mencintai Al-Quran. Dia bahkan akan lebih memilih mendengarkan murottal Al-Quran dibandingkan menonton TV. bermain game, atau mendengarkan musik.  

Lalu, pertanyaan berikutnya adalah bagaimana membuat anak mau mempelajari Al-Quran bahkan mencintainya? Belajar dari kisah Alvin Firmansyah, maka yang punya andil besar untuk menanamkan kecintaan pada Al-Quran dalam diri anak adalah orangtua. Orangtua yang rutin membaca Al-Quran dimanapun mereka berada, akan membuat juga merasa dekat dengan Al-Quran. Ada sesuatu yang terasa hilang manakala orangtua tidak membaca Al-Quran karena layaknya bagi orang dewasa, Al-Quran jug akan menghadirkan ketentraman dalam jiwa seorang anak. 

Jika anak sudah senang mendengarkan lantunan ayat Al-Quran yang dibaca oleh orangtua, maka jangan sia-siakan kesempatan ini untuk mengajak anak mendekat dan ikut membaca Al-Quran. Jangan merasa terganggu manakala mereka membolak-balik Al-Quran dan mengubah posisi halaman yang sedang kita baca. Juga jangan merasa tak nyaman ketika mulut mungil mereka mengikuti bacaan yang sedang kita lantunkan. Itu semua karena keingintahuan dan rasa senang mereka mendengar ayat-ayat Al-Quran. Inilah awal yang baik dan semestinya disyukuri. 

Harus Yakin
Juga jangankan risau manakala mereka merajuk karena merasa tak mendapatkan perhatian dari kita. Ajak mereka mendekat dan berhentilah sejenak membaca. Ganti dengan melantunkan hafalan yang sedang kita tekuni sambil menggendong atau bermain dengannya. Maka, anak tetap melihat bahwa Al-Quran adalah hal yang penting tetapi tetap membuat mereka mendapatkan perhatian dari kedua orangtuanya.

Ajak anak untuk mendengarkan kisah-kisah dari Al-Quran. Mendengarkan kisah merupakan salah satu metode efektif untuk mendekatkan anak pada Al-Quran. Ceritakanlah banyak kisah Rasul-rasul Allah SWT beserta kaumnya dengan bahasa kasih sayang. Yakinkan pada anak bahwa azab yang ditimpakan pada suatu kaum lebih dahulu di dahului oleh nikmat yang berlimpah pada kaum tersebut.

Ceritakan pula pada anak bahwa Allah SWT pasti akan menghadirkan seorang pemberi peringatan untuk meluruskan pola pikir dan tindakan suatu kaum yang telah menjadi dzalim karena berlimpahnya nikmat, sebelum didatangkannya adzab. Sehingga, anak termotivasi untuk menjadikan Al-Quran juga sebagai pembawa kabar gembira dan peringatan dalam hidup setelah Rasulullah Saw wafat.  

Menjadikan anak menghayati dan mencintai Al-Quran sampai tahap ia meyakini kebenaran kisah dan perintah yang ada dalam Al-Quran, memang bukan semudah membalik telapak tangan. Namun, yakinlah dengan iman, kasih sayang, kesabaran, dan pengetahuan yang luas, maka anak akan benar-benar menemukan bahwa Al-Quran lah pedoman yang mereka butuhkan untuk memandu langkah mereka menjalani hidup.*

Kartika Ummu Arina, penulis buku ‘Jadilah Suami Istri Bijak’    


Tidak ada komentar:

Posting Komentar