Kamis, 17 Maret 2016

Keutamaan & Kedudukan Penghafal Al-Quran

Tak ada kitab suci yang mudah dihafal, selain kitab sucinya umat Islam, yakni Al Qur’an. Itulah salah satu mukjizat Al Qur’an. Selain mudah dihafal, juga menjadi pelajaran bagi yang berakal. Allah lah yang menjaga kitab suci ini di dalam hati kaum muslimin, sehingga Al Quran terjaga dari kepunahan, abadi sepanjang masa.

 Allah SWT telah memuliakan umat ini, yang telah menjadikan hati orang-orang yang shaleh sebagai tempat pemeliharaan firman-firman-Nya dan dada-dada mereka sebagai mushaf untuk menjaga ayat-ayat-Nya. Allah SWT berfirman dalam salah satu hadits Qudsi: “Sesungguhnya Aku mengutusmu untuk menguji dirimu dan Aku menguji denganmu. Dan aku telah menurunkan sebuah kitab kepadamu, yang tidak akan luntur karena air, engkau membacanya di kala tidur maupun terjaga.” (HR Muslim)

Imam Abu Hasan al-Mawardi dalam kitab A’lam an-Nubuwah mengatakan, hal ini sebagai pertanda kekhususan Ilahi, dimana Allah mengutamakannya dari kitab-kitab selainnya.

Dalam Nuzhatul Uqala’ Tahzib Siyaru ‘Alam an-Nubala: 2/247, ada beberapa kedudukan dan keutamaan al-Hafiz atau para penghafal Al Qur’an: Pertama, memiliki derajat dan kedudukan yang lebih tinggi dari yang lain ketika di akhirat nanti, sebagaimana hadits Nabi SAW: “Dikatakan kepada ahli Al Qur’an: Bacalah dan naiklah dan tartilkanlah bacaanmu sebagaimana engkau dulu membacanya secara tartil di dunia, karena sesungguhnya tempatmu terletak di akhir ayat yang engkau baca.” (HR Abu Daud).

Kedua, al-Hafiz didahulukan urusannya, baik di dunia maupun akhirat, di antaranya, ia lebih berhak menjadi pemimpin. Sebagai contoh, Umar ra pernah menyetujui pilihan Nafi bin Abdul Harits yang mengangkat budaknya sebagai pemimpin karena ia adalah seorang hafiz. Umar ra teringat sabda Nabi SAW:“Sesungguhnya Allah SWT mengangkat derajat suatu kaum dengan kitab ini dan menghinakan pula kaum yang lain.”(HR Muslim)

Ketiga, al-Hafiz adalah kekasih Allah, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah SWT memiliki kekasih dari manusia, para sahabat bertanya; "Wahai Rasulullah, siapakah mereka? Nabi menjawab: “Mereka adalah ahlu al-Quran, mereka menjadi Ahlullah dan kekasih-Nya.”(HR Ibnu Majah).

Keempat, jasad seorang hafiz tidak dapat tersentuh api neraka, Rasulullah SAW bersabda: “Kalau sekiranya Al Qur’an itu berada di atas kulit, niscaya ia tidak akan termakan api.” (HR Ahmad). Maksud dari api dalam hadits ini adalah api neraka dan orang yang selalu menghafal dan membaca Al Qur’an tidak akan dijilat oleh api neraka.
Kelima, seorang hafidz adalah orang yang arif di surga, Rasulullah SAW bersabda: “Para qari’-qari’ah itu adalah orang yang arif di surga”. (HR Ibnu Jami’ dalam kitab Al-Mu’jam).

Keenam, seorang hafidz adalah pembawa panji-panji Islam. Dari Abu Umamah bahwa Nabi SAW bersabda: “Orang yang hafal Al-Quran itu adalah pembawa panji-panji Islam. Siapa yang memuliakannya berarti ia memuliakan Allah, dan siapa yang menghinanya, maka ia akan dilaknat oleh Allah SWT” (HR Ad-Dailami dalam Musnad Al-Firdaus).

Ketujuh, Alhafidz dapat memberikan syafaat kepada keluarganya, Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa membaca Al-Quran dan menghafalnya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga, dan memberinya hak syafaat untuk sepuluh anggota keluarganya dimana mereka semuanya telah ditetapkan untuk masuk neraka”. (HR Ibnu Majah dan Tirmidzi).

Setelah mengetahui keutamaan-keutamaan ini, hendaknya seorang muslim berkeinginan kuat untuk bisa menghafal Al Qur’an.  Simaklah pesan emas yang diriwayatkan dari Imam az-Zahabi di dalam kitab Siyaru ‘Alam an-Nubala dari Abu Sa’id al-Khudri, ia berkata: “Hendaklah kalian bertaqwa kepada Allah, karena ia merupakan pangkal dari segala sesuatu. Berjihadlah, karena ia merupalan dalil-dalil ke-Islam-an. Dan hendaklah kalian mengingat Allah dan membaca Al Quran, karena ia merupakan Ruh-mu di Ahli langit dan zikirmu di Ahli bumi.”  

Tips Mudah Hafal Al Qur’an


Syekh Ali Jaber telah mempelajari Al Qur’an sejak usia 3 tahun. Tamat menghafal Al Qur’an usia 8 tahun, dan memantabkan hafalannya (hingga 30 juz) saat usia 11 tahun. Sejak itu ia mendapat  ijazah Sanad Qur’an dari guru yang mengajarnya.
Secara khusus, Yayasan Syekh Ali Jaber, telah menghadirkan Program Mahir dengan Al Qur’an dengan mengadakan pelatihan Sanad Al Qur’an kepada guru Al Qur’an dan imam-imam masjid, agar tajwid yang mereka baca seperti bacaan Al Qur’an Rasulullah Saw.

“Selain mengembangkan program hafal Al Qur’an dengan daurah sanad, saya juga bercita-cita untuk mengembangkan program menghafal  hadits. Karena Qur’an dan hadits adalah petunjukan umat Islam yang harus dijaga. Sayang sekali, jika kita memiliki kualitas orang penghafal Al Qur’an dengan ijazah dan sanad, tapi tidak disertai penghafal hadits,” ujar Syekh Ali.

Ada beberapa tips jitu Syekh Ali kepada masyarakat awam untuk menghafal Al Qur’an. Pertama, sering-sering membaca, tilawah Al Qur’an. Gunakan waktu yang tepat, seperti sehabis shalat Subuh, untuk muraja’ah atau tilawah. Jangan fokuskan dulu menghafal, tapi bacalah secara rutin. Kalau ini terjaga Insya Allah memudahkan kita untuk menghafal. Jangan berjam –jam membaca hanya untuk hari ini, tapi esoknya tak rutin lagi tilawah.

Tips kedua, sering-seringlah mendengar atau menyimak tilawah murotal dari CD. Jika ingin hafal satu surah, fokuskan mendengar satu surah berkali-kali. Kuncinya jangan perbah bosan. Karena tidak ada ruginya, sekalipun tidak berhasil menghafal Al Qur’an, tetap setiap satu huruf akan mendapat sepuluh kebaikan. Pahalanya tetap sempura disisi Allah.

“Intinya, hafalkan sesuai kemampuan masing-masing. Jika hanya mampu hafal satu ayat tak mengapa, atau setengah halaman, satu halaman, atau bahkan dua halaman, silahkan saja. Saya usulkan, targetkan setengah halaman, begitu berhasil dihafal, jangan tambah lagi ke hafalan yang baru. Sebelum pindah ke hafalan baru,  hendaknya ditunda hingga esok harinya.

Tips ketiga, ayat-ayat yang sudah dihafal, kemudian diulang saat melakukan shalat sunnah qabliyah ba’diyah, atau tahiyatul masjid, Dhuha, dan shalat sunnah lainnya. Ini satu cara untuk menguatkan hapalan kita.

Terpenting, tanamkan niat yang ikhlas, agar tidak timbul ujub (bangga diri), ingin dikenal dan supaya dipanggil hafizh. Jadikanlah Al Qur’an sebagai pedoman dan panduan hidup, agar terwujud perilaku dan akhlak Qura’ni dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.  (Desastian)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar