Selama
kurang lebih 14 abad, peradaban Islam berjaya diseantero dunia. Peradaban Islam
dapat mengungguli semua peradaban pada masa itu dalam semua aspek kehidupan.
Salah satunya adalah keunggulan di bidang astronomi.
Menurut
Anton Ramadhan, penulis buku “Islam dan Astronomi”, astronomi Islam melahirkan
banyak astronomi terkemuka, sebut saja seperti Muhammad Al Fazari, Al Battani,
Al Biruni, As-Shufi (Azhopi), Al Khawarizmi, Al Farghani dan sebagainya. Di
tangan para astronom Islam tersebut, perkembangan ilmu pengetahuan begitu
pesat.
Kata
astronomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu “astron” yang berarti bintang dan
“nomos”yang berarti nama. Astronomi adalah ilmu yang mempelajari benda dan
materi yang berada di luar atmosfer bumi serta fenomena alam yang berhubungan
dengannya.
Adapun
astronomi mempelajari fenomena-fenomena angkasa seperti gerhana bulan dan
matahari. Ilmu astronomu bermula dari keingintahuan manusia terhadap apa yang
dilihatnya di langit. Karena itu awalnya astronomi hanya meneliti benda-benda
langit yang terlihat dengan mata telanjang. Rasa ingin tahu manusia yang besar
itu kemudian diciptakan teknologi untuk mengenal lebih jauh benda-benda langit.
Adalah
bangsa Mesopotamia (sekitar tahun 3000 SM-2000 SM), ketika itu menguasai ilmu
astronomi. Bahkan bukan hanya bangsa Mesopotamia, tapi juga bangsa di Sumeria,
Babilonia, Mesir, Persia, Maya, India, dan Cina. Astronomi di Babilonia
misalnya, mulai terlihat sekitar tahun 1800 SM. Para ilmuwan bangsa tersebut
membuat penanggalan sederhana, mengamati terjadinya gerhana, perpindahan
matahari dan bulan, terjadinya siang dan malam dan seterusnya.
Di
China, kegiatan astronomi dimulai sekitar tahun 1.130 SM. Kegiatan astronomi
ini mendapat dukungan yang baik dari Kaisar, seperti Kaisar Wu-Ting dan Kaisar
Ti-hsing. Para astronom mulai mengamati fenomena gerhana bulan dan lainnya yang
kemudian direpresentasikan ke dalam kehidupan masyarakat Cina.
Pada
tahun 700 SM, bangsa Cina meneliti bayangan matahari dari sebuah menara yang
kemudian digunakan untuk menyusun perhitungan kalender selama 1.500 tahun. Pada
350 SM, Cina menentukan panjang tahun matahari, yakni selama 365 seperempat
hari. Lalu sekitar tahun 100 M, terdapat seorang astronom Cina ternama, Zhang
Heng. Ia rela meletakkan jabatan sebagai petinggi kerajaan hanya untuk
melakukan penelitian dalam bidang filsafat, matematika, dan astronomi serta
menulis buku tentang ilmu-ilmu tersebut.
Zhang
Heng yang dihormati di zamannya,
berpendapat bahwa langit seperti telur, langit besar dan tanah kecil. Ia juga
menghitung ada sekitar 2.500 bintang di daerah Tiongkok Tengah. Ilmuwan itu
juga membuat alat pencatat gempa di dunia, dan berhasil mencatat terjadinya
gempa di provinsi Shannxi pada tahun 138 M.
Ilmu
astronomi yang kian berkembang membuat para astronom, didukung dari pemimpin
bangsanya, mulai mendirikan obsevatorium sederhana untuk lebih meningkatkan
penelitian dalam astronomi. Melalui astronomi, dapat dijelaskan apakah bumi itu
bulat atau datar? Atau menggantikan teori yang semula mengatakan, bumi sebagai pusat alam semesta, matahari dan
bulan serta benda-benda langit lain bergerak mengelilingi bumi. Teori itu
berubah menjadi terori matahari sebagai pusat alam semesta, semua benda langit,
termasuk bumi bergerak mengelilingi matahari.
Membahas
perkembangan ilmu astronomi di setiap bangsa, ada tiga masa yang harus
diketahui, yaitu: Masa keemasan Yunanni, masa kejayaan Islam, dan masa
pencerahan Eropa. (Desastian)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar