Kamis, 10 Maret 2016

Mengenal Astronomi dan Peradaban Islam



Selama kurang lebih 14 abad, peradaban Islam berjaya diseantero dunia. Peradaban Islam dapat mengungguli semua peradaban pada masa itu dalam semua aspek kehidupan. Salah satunya adalah keunggulan di bidang astronomi.

Menurut Anton Ramadhan, penulis buku “Islam dan Astronomi”, astronomi Islam melahirkan banyak astronomi terkemuka, sebut saja seperti Muhammad Al Fazari, Al Battani, Al Biruni, As-Shufi (Azhopi), Al Khawarizmi, Al Farghani dan sebagainya. Di tangan para astronom Islam tersebut, perkembangan ilmu pengetahuan begitu pesat.

Kata astronomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu “astron” yang berarti bintang dan “nomos”yang berarti nama. Astronomi adalah ilmu yang mempelajari benda dan materi yang berada di luar atmosfer bumi serta fenomena alam yang berhubungan dengannya. 

Adapun astronomi mempelajari fenomena-fenomena angkasa seperti gerhana bulan dan matahari. Ilmu astronomu bermula dari keingintahuan manusia terhadap apa yang dilihatnya di langit. Karena itu awalnya astronomi hanya meneliti benda-benda langit yang terlihat dengan mata telanjang. Rasa ingin tahu manusia yang besar itu kemudian diciptakan teknologi untuk mengenal lebih jauh benda-benda langit.

Adalah bangsa Mesopotamia (sekitar tahun 3000 SM-2000 SM), ketika itu menguasai ilmu astronomi. Bahkan bukan hanya bangsa Mesopotamia, tapi juga bangsa di Sumeria, Babilonia, Mesir, Persia, Maya, India, dan Cina. Astronomi di Babilonia misalnya, mulai terlihat sekitar tahun 1800 SM. Para ilmuwan bangsa tersebut membuat penanggalan sederhana, mengamati terjadinya gerhana, perpindahan matahari dan bulan, terjadinya siang dan malam dan seterusnya.

Di China, kegiatan astronomi dimulai sekitar tahun 1.130 SM. Kegiatan astronomi ini mendapat dukungan yang baik dari Kaisar, seperti Kaisar Wu-Ting dan Kaisar Ti-hsing. Para astronom mulai mengamati fenomena gerhana bulan dan lainnya yang kemudian direpresentasikan ke dalam kehidupan masyarakat Cina.

Pada tahun 700 SM, bangsa Cina meneliti bayangan matahari dari sebuah menara yang kemudian digunakan untuk menyusun perhitungan kalender selama 1.500 tahun. Pada 350 SM, Cina menentukan panjang tahun matahari, yakni selama 365 seperempat hari. Lalu sekitar tahun 100 M, terdapat seorang astronom Cina ternama, Zhang Heng. Ia rela meletakkan jabatan sebagai petinggi kerajaan hanya untuk melakukan penelitian dalam bidang filsafat, matematika, dan astronomi serta menulis buku tentang ilmu-ilmu tersebut.

Zhang Heng  yang dihormati di zamannya, berpendapat bahwa langit seperti telur, langit besar dan tanah kecil. Ia juga menghitung ada sekitar 2.500 bintang di daerah Tiongkok Tengah. Ilmuwan itu juga membuat alat pencatat gempa di dunia, dan berhasil mencatat terjadinya gempa di provinsi Shannxi pada tahun 138 M.

Ilmu astronomi yang kian berkembang membuat para astronom, didukung dari pemimpin bangsanya, mulai mendirikan obsevatorium sederhana untuk lebih meningkatkan penelitian dalam astronomi. Melalui astronomi, dapat dijelaskan apakah bumi itu bulat atau datar? Atau menggantikan teori yang semula mengatakan,  bumi sebagai pusat alam semesta, matahari dan bulan serta benda-benda langit lain bergerak mengelilingi bumi. Teori itu berubah menjadi terori matahari sebagai pusat alam semesta, semua benda langit, termasuk bumi bergerak mengelilingi matahari.

Membahas perkembangan ilmu astronomi di setiap bangsa, ada tiga masa yang harus diketahui, yaitu: Masa keemasan Yunanni, masa kejayaan Islam, dan masa pencerahan Eropa. (Desastian)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar